Minggu, 02 Juni 2013

Pertukaran pelajar pesantren Darunnajah dan sekolah Katolik di Inggris


Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta melakukan pertukaran pelajar untuk pertama kalinya dengan sekolah Katolik Holy Family, di Keighley, Inggris.
Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, Sofwan Manaf, mengatakan pertukaran pelajar ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang agama dan budaya antara kedua belah pihak.
"Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan ada proses pembelajaran di kedua belah pihak tentang agama, pendidikan dan perbedaan budaya, sehingga timbul kedewasaan cara berfikir (para pelajar)," kata Sofwan Senin (27/05) kepada BBC Indonesia.
Pertukaran pelajar - dengan enam siswi dari Darunnajah dan dua guru dari tanggal 10 sampai 25 Mei lalu- merupakan kelanjutan pertukaran guru yang telah dijalankan dalam tujuh tahun terakhir.
Sofwan Manaf dan kepala sekolah Katolik Holy Family, Lawrence Bentley menandatangani memorandum saling pengertian untuk melanjutkan kerja sama pada tingkat pelajar ini pekan lalu.
Kerja sama Darunnajah dan Holy Family ini diprakarsai oleh mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, setelah berkunjung ke Indonesia tahun 2006.
Menyusul kunjungan ini, Blair mengumumkan school link antara sekolah-sekolah di Indonesia dan Inggris.

Menanyakan jilbab dan salat

Siswi Darunnajah
Siswi Darunnajah mengajarkan tari saman Aceh kepada murid Holy Family.
Enam siswi yang mengikuti pertukaran di Sekolah Katolik Holy Family mengatakan mereka banyak ditanya tentang agama termasuk alasan memakai jilbab dan salat.
"Yang paling banyak ditanyakan adalah apa alasan kita memakai hijab," kata Yulia Maulida Fitriana, salah seorang dari enam siswi yang ikut serta dalam pertukaran pelajar pertama Darunnajah ini.
Sementara, Zulha Annisas Ichwan, santri asal Jambi mengatakan banyak ditanya apakah ia melakukan sembayang lima waktu.
"Jawaban saya iya, saya menjalankan salat lima waktu karena itu memang kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada ummat Nya," kata Zulha.
Belajar di pesantren, dengan kelas yang dipisah antara laki dan perempuan juga ditanyakan, kata Asna Yusrina.
"Bagaimana sekolahmu di pesantren dan asrama? Apa campur putra dan putri?" Itu yang antara lain ditanyakan kepada Asna.
"Kita pisah putra dan putri dan jarang bertemu. Apa hukumannya kalau ada yang melanggar? Kalau putra dibotak, dan kalau putri memakai kerudung merah," cerita Asna.
Meskipun sekolah Katolik, Holy Family juga menerima pelajar yang menganut agama lain.
Pengalaman dua minggu di Inggris ini, kata Annisa Chusnul Muasaroh, sangat berharga baginya.
"Pengalaman bersekolah di sekolah Katolik yang di dalamnya banyak juga murid dari agama lain. Walaupun berbeda agama tetapi tetap menghargai satu sama lain," kata Annisa.
Pengalaman berharga yang akan mereka ceritakan kepada rekan-rekan di pesantren termasuk disiplin dan saling menghargai.
"Betapa disiplin mereka terhadap waktu, dan mereka sangat menghargai satu sama lain, tanpa perbedaan," kata salah seorang siswi, Zulha.
Rencananya, para guru dan juga siswa-siswi Holy Family akan berkunjung ke Darunnajah di Jakarta. Namun belum ditetapkan waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar